KOPI SOREKU
Cerita sore ini yang dihangatkan dengan segelas kopi dan keresahan keresahan teman dalam dunia kesenian khususnya, jadi kali ini saya berbincang dengan kakak, atau teman berkesenian yang sangat akrab dengan saya tentunya.
Sore ini bahasan bermulai dengan keinginan yang di hancurkan oleh pasar, idealis yang cukup tinggi mau tidak mau mulai runtuh tergerus oleh jahatnya pasar, mungkin ii tidak berlaku bagi sebgaian orang yang sudah berkecukupan, tapi bagi kami ini lumayan sakit sih wkwkwkw.
Fresh masih muda rasa ingin berkarya masih tinggi, ilmu yang alakadarnya , dengan semangat 45 kami mencoba untuk berkarya dengan idealis, namun mungkin saat ini sulit menembus pasar , yah semoga kelak pasar yang dapat mengikuti apa mau kita.
Mencoba berkarya sesuai idealis , bukan tidak mungkin untuk dapat menembus pasar, namun dirasa sangat sulit, jika harus mengikuti pasar mau tidak mau kita harus menurunkan grade, ingin berkarya idealis aja tapi ada kalanya kita butuh mengikuti pasar agar dapat makan, ya semacam itulah keluh kesahnya.
Dari perbincangan di atas tersebut muncul masalah antara terus ber idealis atau mengikuti pasar, haruskah kita selalu mengikuti selera pasar? menurut saya sih tergantung motivasi kita dalam berkesenian jika tujuanmu untuk mencari cuan ya wajib mengikuti selera pasar, dan jika tujuanmu untuk kepuasan pribadi ya lanjut berkarya dengan idealismu.
Namun untuk saat ini sangat sulit bagi kalangan minoritas ini untuk berkarya idealis, mengapa? untuk membuat karyapun selain membutuhkan konsep dan ide yang sulit juga di butuhkan biaya, sedangkan kami tidak memiliki biaya?
Akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti keduanya , dimana mengikuti selera pasar agar dapat bertahan hidup dan tetap berkarya sesuai idealis kita untuk memuaskan diri kita
TERIMAKASIH SUDAH BACA ARTIKEL YANG GA SEBERAPA INI
0 komentar: